Selasa, 19 Agustus 2008

INTEGRASI IMTAQ KEDALAM MATA PELAJARAN BIOLOGI

(Sebuah Model Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA)

Oleh : Supriatno*

Abstrak

The teaching of Islamic Religion subject has three educational domains. They are; cognitive, affective, and psyhomotoric domain. Cognitive domain is closely related to the knowledgical consept, apocalypse evidence (dalil naqli) and can be integrated to all subject which include biology material. It mean that the biology material in Senior High scholl (SMA) always contain the “IMTAQ” values when they are related to the knowledgical concepts and apocalypse evidence (dalil naqli) in Islamic teaching. In addition, attitude and personality as well as the implementation of religion itself.

Kata kunci : Pembelajaran - PAI - Pengintegrasian Imtaq - Biologi

A. Pendahuluan
Tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana terdapat dalam Pasal 3 Bab II UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 adalah ”bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Sisdiknas; 2003 : 7)
Sementara tujuan pokok dan terutama dari pendidikan Islam ialah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa. ”Semua mata pelajaran haruslah mengandung pelajaran-pelajaran akhlak, setiap guru haruslah memperhatikan akhlak, setiap juru didik haruslah memikirkan akhlak keagamaan adalah akhlak yang tertinggi, sedang akhlak yang mulia adalah tiang dari pendidikan Islam”(Atihyah Al-Abrasyi;1974 : 5)
*Penulis adalah guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam pada SMA N 4 Banjarmain
Upaya untuk mewujudkan tujuan pendidikan di atas adalah dengan ”Menumbuhkembangkan aqidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT.” (Direktorat Pendidikan Agama Islam pada Sekolah; 2007 : 3)
Sub stansi dari pendidikan lebih-lebih pendidikan Islam adalah pembelajaran. Pembelajaran adalah sebuah proses membuat orang belajar. ”Belajar selalu melibatkan tiga hal pokok, yaitu adanya perubahan tingkah laku, sifat perubahan yang permanen, dan perubahan yang disebabkan oleh interaksi dengan lingkungan, bukan oleh proses kedewasaan ataupun perubahan-perubahan kondisi fisik yang temporer sifatnya” (Departemen Pendidikan Nasional; 2008 : 3) .
Untuk menciptakan manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia sebagaimana terdapat di dalam Sisdiknas tersebut bukanlah hal yang mudah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan dalam mengakses kegiatan pembelajaran harus kembali pada tujuan pokok pendidikan, agar tidak terjadi dikotomi antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain. Sekolah harus mampu menciptakan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain, antara guru mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lain secara simultan atau bersama-sama, baik dalam wawasan ranah kognitif, afektif, maupun wawasan ranah psikomotorik.
Seiring dengan itu, maka tugas untuk membentuk peserta didik menjadi manusia dewasa, beriman, bertaqwa, berakhlak mulia di sekolah bukan hanya tugas Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam semata, namun merupakan tanggung jawab bersama pihak sekolah, yang meliputi; kepala sekolah, guru, dan stap tata laksana sekolah. Inilah tugas yang dikehendaki oleh tujuan pendidikan nasional. Artinya setiap warga sekolah harus mendasarkan kehidupannya dalam berbuat pada keimanan, ketaqwaan, akhlak mulia, sesuai yang dikehendaki tujuan pendidikan nasional.
Berbagai aspek dari aktivitas pembelajaran harus memberikan makna iman, taqwa, akhlak mulia sesuai dengan salah satu dari unsur-unsur pendidikan, yakni memperhatikan unsur normatif yang membatasi ”adanya ketentuan suatu norma adat, agama, hukum, dan sosial” (Abu Ahmadi, Nur Uhbiyati; 1991 : 93)
Pada ranah kognitif, kemampuan guru untuk dapat mengintegrasikan ayat-ayat al- Qur’an dan hadits-haits nabi serta pengetahuan agama ke dalam mata pelajaran yang mereka ampu sangat ditentukan oleh latar belakang pendidikan sebelumnya.
Ketika seorang guru; guru matematika, guru sejarah, guru bahasa Indonesia, dan sejumlah guru mata pelajaran lainnya yang berlatar belakang pendidikan agama, sebelum mereka masuk keguruan umum seperti FKIP, niscaya mereka memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan atau menyisipkan materi keagamaan pada saat proses pembelajaran. Sebaliknya apabila latar belakang pendidikan mereka sebelumnya, belum pernah didasari oleh pengetahuan agama, maka dapat dipastikan mereka akan mengalami kesulitan.
Apa yang penulis kemukakan pada dasarnya menunjukkan bahwa tidak semua guru memiliki kemampuan untuk melakukan hal tersebut, oleh karena itulah penulis berusaha untuk mengkaji materi mata pelajaran, utama materi mata pelajaran biologi dan mengintegraikannya dengan pengetahuan agama Islam, dan dalilil-dalil naqli (ayat-ayat dan hadits-hadits Nabi saw.)
Walaupun demikian guru sebanarnya punya banyak kesempatan untuk mengintegrasikan Imtaq pada saat proses pembelajaran. Misalnya seorang guru olah raga dalam menata pakaian pada saat berolah raga dengan kreteria yang terorientasi pada tatanan melindungi aurat. Demikian juga dengan guru-guru mata pelajaran lainnya dalam mencontohkan sikap dan kepribadian akhlak mulia yang dilandasi iman dan taqwa. Salah satu contoh adalah keterlibatan guru atau keikut sertaannya dalam pelaksanaan ibadah yang dirancang secara terjadwal oleh pihak sekolah. Demikian juga dengan keterlibatan mereka dalam membaurkan materi pelajaran dengan menggunakan dalil-dalil naqli sebagai salah satu dari perwujudan dan pengejawantahan iman dan taqwa.
Keterkaitan materi pelajaran pada setiap mata pelajaran dengan pendidikan agama Islam terutama pada dimensi iman dan taqwa tidak hanya dilihat dari sisi sub stansi materinya, tetapi bisa saja terjadi dalam abstraksi ragamnya makna dari sebuah materi pelajaran. Artinya setiap materi dari semua mata pelajaran selalu dapat dipahami dengan dalil naqli atau ayat-ayat qauniyah, dengan memperhatikan konsep yang tersirat dari yang tersurat.
Seiring dengan itu dalam pembahasan selanjutnya penulis hanya membahas abstraksi ragamnya makna materi dari sebuah mata pelajaran biologi dikelas X Tingkat Sekolah Menengah Atas dilihat dari pengembangan Pendidikan Agama Islam yang terintegrasi dalam iman dan taqwa.
B. Pengembangan PAI Melalui Pengintegrasian Imtaq Ke dalam Mata Pelajaran
Untuk menyatukan pemahaman agar tidak terjadi salah pengertian dalam pembahasan selanjutnya, maka penulis merasa perlu memberikan penegasan dan penjelasan secara rinci, yakni sebagai berikut:
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Istilah pendidikan dalam bahasa agama sama dengan tarbiyah. Tarbiyah bermakna; pengaturan, bimbingan, dan upaya pendewasaan. Dalam istilah tarbiyah tersirat istilah lain yaitu ta’lim. Ta’lim bermakna penanaman nilai intelektual atau penetrasi pengetahuan
Para ahli mendefenisikan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan untuk mencapai kedewasaan dari berbagai aspek perkembangan pisik dan psikis peserta didik. Usaha sadar itu dapat berarti pewarisan nilai-nilai kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda. Sisi lain dapat bermakna pengembangan potensi pribadi manusia. Usaha sadar untuk mencapai kedewasaan dan pengembangan potensi mengandung makna bahwa pendidikan adalah proses perubahan terhadap manusia yang belum dewasa.
Proses pendewasaan, pewarisan nilai-nilai dalam hubungannya dengan pendidikan agama Islam adalah sebuah upaya untuk memaknai perubahan dan pendewasaan itu dengan pendidikan yang sarat nilai-nilai agama yang secara khusus nilai-nilai keislaman. Minimal ada tiga garis besar ajaran Islam yang sarat dengan nilai dan penetrasi pengetahuan, yaitu; 1) cara berhubungan dengan Allah, 2) cara berhubungan dengan sesama, dan 3) cara berhubungan dengan lingkungan. Ketiga hal tersebut menjadi dasar dalam memahami ilmu pengetahuan lainnya termasuk dalam penerapannya, dan menjadi inspirasi dalam berbuat, bertindak serta bersikap.
2. Pengintegrasian IMTAQ
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan ”Integrasi : dalam konteks sifat berarti ”merupakan satu kesatuan”. Pengintegrasian berasal dari kata integrasi yang ditambah dengan awalan peng dan akhiran an, yang artinya ”pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh”(Kamus Besar Bahasa Indonseia; 2002 : 347). Sedangkan istilah IMTAQ adalah kepanjangan dari Iman dan Taqwa. Maksudnya adalah iman dan taqwa manusia (baca; siswa) kepada Allah SWT.
Pengintegrasian imtaq ke dalam mata pelajaran adalah upaya membaurkan materi-materi (nilai-nilai) ajaran Islam ke dalam mata pelajaran berupa dalil-dalil naqli dan aplikasi dari nilai tersebut bagi setiap guru mata pelajaran atau semua warga sekolah, agar tidak ”membias kearah dikotomi antara keimanan dan ketaqwaan dengan ilmu pengetahuan” (Hendy Z. Sunarno; 2003: 1)
3. Sikap dan Kepribadian Guru Mata Pelajaran
Guru mata pelajaran adalah mereka yang memiliki kwalifikasi pendidikan dalam bidangnya. Sebagai pemegang label pendidik terlepas dari identitas mata pelajarannya guru adalah sentral figur panutan bagi para siswanya. Oleh karena itu guru dituntut untuk mampu memahami, manghayati tugasnya dengan berpikir logis, dan sistimatis. Berpikir logis adalah pola berpikir yang dapat diterima sesuai norma, nilai yang menjadi budaya di masyarakat dan tidak pernah bertentangan dengan hati nurani. Sedangkan berpikir sistimatis adalah pola berpikir yang mengarah pada pembinaan secara berjenjang dalam menanamkan norma, nilai, sehingga muncul suatu kesadaran bahwa sesuatu yang dilakukan mengandung nilai pendidikan. Artinya guru tidak hanya sebagai model, tapi sebagai pembuat model yang dilandasi dengan iman dan taqwa. Kemampuan profesional guru itu tidak diukur dari kemampuan intelektualnya an sich, melainkan juga dituntut memiliki keunggulan dalam aspek moral, keimanan, ketaqwaan, disiplin, tanggung jawab, dan keluasan wawasan kependidikannya dalam mengelola pembelajaran”(Depag RI; 2001 : 7).
Seiring dengan itu pakar pendidik Soejono memberikan persyaratan bagi seorang guru adalah; 1) sudah dewasa, 2) sehat jasmani, 3) mempunyai kompetensi yang cukup dan expert dalam mendidik, 4) bermoral dan berdedikasi tinggi. Sementara itu Zakiyah Darajat mengelaborasikannya menjadi; 1) mencintai jabatannya sebagai guru, 2) bersikap adil terhadap semua murid, 3) berlaku sabar dan tenang, 4) guru harus berwibawa, 5) guru harus gembira, 6) guru harus bersifat manusia, 7) guru harus dapat bekerja sama dengan masyarakat. Sedangkan Mahmud Yunus merinci sifat-sifat yang harus dimiliki oleh guru adalah; 1) kasih sayang kepada anak didik, 2) lemah lembut, 3) rendah hati, 4) menghormati ilmu yang bukan pegangannya, 5) adil, 6) menyenangi ijtihad, 7) konsisten, 8) sederhana.
Dalam konteks sikap dan kepribadian guru, di Indonesia telah dituangkan dalam kode etik guru Indonesia, yaitu; 1) guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila, 2) guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional, 3) guru berusaha memperolah informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan, 4) guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menjunjung berhasilnya proses belajar-mengajar, 5) guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan, 6) guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya, 7) guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial, 8) guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian, 9) guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintahan dalam bidang pendidikan.
Pada dasarnya titik sentral syarat harus teraplikasi dalam kode etik guru diatas. Kode etik guru lebih fokus pada dimensi profesionalisasi sesuai dengan tuntutan kode etik itu sendiri. Istilah kode etik guru yang dalam bahasa etik berarti adalah aturan, tata susila sikap dan akhlak”(Manajemen Pendidikan; 2003 : 136). Akhlak oleh Ibn Miskawaih dan Imam al-Ghazali adalah ekspresi jiwa yang tampak dalam perbuatan dan meluncur dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan lagi”(Manajemen Pendidikan; 2003 : 137)
Syarat-syarat yang ditetapkan bagi profesi guru akan lebih memaknai tugasnya apabila syarat-syarat tersebut dimilikinya, sehingga menjadi budaya dan kebiasaan dalam kehidupannya sehari-hari baik dilingkungan pergaulan di masyarakat, lebih-lebih pergaulan di sekolah dalam konteks pembelajaran.
4. Fokus Materi Imtaq pada Mata Pelajaran Umum
Mata pelajaran umum yang dimaksud dalam makalah ini adalah semua mata pelajaran yang terdapat didalam struktur kurikulum selain mata pelajaran pendidikan agama Islam. Program studinya meliputi; program ilmu alam, ilmu sosial, dan bahasa. Masing-masing program studi memiliki penekanan sesuai dengan prinsif-prinsif dan fokus dari program itu sendiri.
Program studi ilmu-ilmu alam menekankan pada pemahaman prinsif-prinsip alam, serta mendorong siswa untuk bekerja dan bersikap ilmiah. Program ini meliputi; Matematika, Fisika, dan biologi. Prinsif untuk bekerja dan bersikap ilmiah secara jelas terdapat dalam Firman Allah “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikuti secara bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila mereka menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tidak ada pelindungi bagi mereka selain Dia” (QS. Ar-Ra’du 11)
Program studi ilmu-ilmu sosial menekankan pada pemahaman prinsif-prinsif kemasyarakatan untuk mendorong siswa mengembangkan potensinya dalam menciptakan kedamaian dan kesejahteraan bersama. Program ini meliputi mata pelajaran; PPkn, ekonomi, sejarah, dan sosiologi. Prinsif kemasyarakatan untuk mendorong siswa mengembangkan potensinya dalam menciptakan kedamaian dan kesejahteraan bersama merupakan prinsif sangat banyak dijelaskan dalam al-Qur’an, misalnya “manusia berpotensi menjadi khalifah di bumi sebanyak 9 ayat di dalam surah yang berbeda. Perintah amar ma’ruf nahi mungkar yang harus dilakukan manusia sebanyak 12 ayat. Perintah menegakkan keadilan sebanyak 8 ayat. Memajukan perindustrian, ekonomi, untuk kemakmuran bersama, koperasi dan gotong royong, dan larangan meerusak lingkungan”(H.Oemar Bakry; 1984: 1296-1297).
Program studi bahasa menekankan pada pemahaman prinsif-prinsif multikultural dan komunikasi secara efektif melalui bahasa. Program ini meliputi mata pelajaran; Bahasa dan Sastra Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Asing lainnya, dan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Prinsif multikulutral tidak pernah dipertentangkan oleh al-Qur’an. Al-Qur’an menanamkan suatu prinsif hak individu sebagaimana tergambar di dalam al-Qur’an, yang salah satu diantaranya QS. Al-Kafirun (bagimu agamamu dan bagiku agamaku). Prinsf kominikasi diingatkan oleh Allah diantaranya terdapat pada QS. An-Nahl 125, Luqman 18-19. Teknology terdapat dalam QS. Ar-Rahman 33.
Ketiga program tersebut di atas kalau dibaurkan dengan ayat-ayat al-Qur’an, maka al-Qura’an sesungguhnya sangat berhak untuk menjadi dasarnya. Kajian tentang sejarah seperti; sejarah umat yang terdahulu, sejarah perjuangan para nabi, cerita-cerita orang yang haus harta (qarun dan fir’aun) merupakan pembelajaran yang dapat disisipkan dalam rangka penanaman nilai imtaq.
Program ilmu-ilmu bahasa adalah upaya menata berbahasa yang baik dan benar. Oleh karena itu tampilan-tampilan bahasa harus mengandung nilai ilmiah yang berporos sebagai ilmu pengetahuan. Program ilmu-ilmu alam lebih diorientasikan sebagai sains. Tentang sains dan teknolgi ditemukan sebanyak 42 ayat di dalam al-Qur’an. “Semua hukum alam yang dibahas secara keilmuan, mutlak bersumber dari kekuasaan dan penciptaan oleh Allah swt. dengan bukti-bukti melalui firmanNya”(Zaidan Dendy Sunarno; 2003 : 1)
5. Gambaran Materi Pelajaran Biologi di SMA
Berdasarkan silabus yang terdapat dalam kurikulum Mata Pelajaran Biologi SMA kelas X, ada 5 Standar Kompetensi yang menjadi pembahasan. Satu diantaranya tidak termasuk materi inti, melainkan bersifat umum. Oleh karena itu penulis hanya menampilkan empat standar kompetensi tersebut sebagai berikut:
Pertama memahami hakikat Biologi sebagai ilmu, menemukan objek dan ragam persoalan dari berbagai tingkat organisasi kehidupan yang ada di lingkungan sekitar. Kompetensi ini terdiri dari materi; ruang lingkup biologi, struktur organisasi kehidupan, cabang-cabang biologi, manfaat dan bahaya perkembangan biologi.
Ruang lingkup lingkup biologi memiliki 6 kerajaan objek meliputi;1) plantae, 2) animalia, 3) protista, 4) fungsi (jamur), 5) archaebacteria, 6) eubacteria. Sesuai dengan kajiannya biologi mempelajari makhluk hidup yang disebut organisme. Organisme terdiri dari satu sel (uniseluler) dan banyak sel (multi seluler). Objek biologi adalah tumbuhan dan hewan, kecuali protista.
Struktur organisasi kehidupan meliputi; 1) organisasi kehidupan tingkat sel, 2) organisasi kehidupan tingkat jaringan, 3) organisasi tingkat organ, 5) organisasi kehidupan tingkat sistem organ, 6) organisasi kehidupan tingkat individu. Organ tersusun oleh bermacam-macam jaringan. Jaringan-jaringan tersusun oleh sel. Di dalam sel terdapat cairan yang berfungsi menjalankan proses kehidupan.
Cabang-cabang biologi. Biologi murni terbagi dalam dua, yaitu pembagian berdasarkan lapisan vertikal dan karatan taksonomi. Lapisan vertikal; morfologi, anatomi, histologi, fisiologi, genetika, embriologi, organologi, teratologi, ekologi, evolusi, palaoentologi, ontogeni. Sedangkan karatan taksonomi; mikologi, mikrobiologi, virologi, entomolgi, ornitologi, botani, zoolgi, bakteriologi.
Manfaat dan bahaya perkembangan biologi. Manfaat biologi; mendidik manusia untuk terampil dan bersikap ilmiah, sadar terhadap hidup dan kehidupan dalam lingkungan untuk menanggulangi berbagai macam penyakit. Untuk memenuhi kebutuhan makanan seperti penemuan bibit unggul. Sedangkan bahayanya lebih bergantung pada sipelaku. Ketika pengetahuan biloginya dijadikan sebagai pemusnah masal atau pemenfaatan tanpa mempertimbangkan keutuhan ekosistem.
Kedua mengaplikasikan prinsip-prinsip pengelompokkan makhluk hidup untuk mempelajari keanekaragaman dan peran keanekaragaman hayati bagi kehidupan. Kompetensi ini terdari dari; 1) membandingkan ciri keaneka ragaman hayati pada tingkat gen, jenis, dan ekosistem, 2) konsep keaneka ragaman hayati, 3) keaneka ragaman hayati Indonesia, kegiatan manusia yang mempengaruhi keaneka ragaman hayati, 4) prinsip-prinsip klasifikasi, 5) kunci determinasi sederhana, 6) tata nama binomial, 7) ciri, struktur replikasi, 8) klasifikasi monera, 9) peranan monera bagi kehidupan, 10) ciri struktur kingdom protista, 11) peranan protista bagi kehidupan, 12) ciri, struktur, repleksi kingdom kehidupan, 13) peranan fungsi bagi kehidupan, 14) ciri-ciri, perkembangbiakan manfaat plantae, 15) ciri-ciri umum kingdom animalia, dasar pengelompokan, perannya dalam kehidupan.
Ketiga Menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem. Kompetensi terdari dari; 1) ekosistem dan peranan mansuia dalam kesimbangannya, 2) aliran energi, 3) rantai makanan, 4) piramida ekologi, 5) daur biogeokimia, daur ulang limbah organik.
Keempat menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem. Kompetensi meliputi; 1) ekosistem dan peranan manusia dalam keseimbangannya, 2) aliran energi, 3) rantai makanan, 4) piramida ekologi, 5) duar biokimia, 6) pencemaran lingkungan, 7) perubahan lingkungan, 8) daur ulang limbah organik.
Kelima bioteknologi, prinsip-prinsip, peran, dan implikasinya bagi sains,lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Kompetensi ini meliputi; 1) prinsip dasar perkembangan bioteknologi, 2) peran bioteknologi bagi perkembangan sains dan teknologi, serta pada perubahan lingkungan dan masyarakat, 3) implikasi bioteknologi bagi perkembangan sains dan teknologi, serta pada perubahan lingkungan dan masyarakat.
6. Imtaq pada Meteri Mata Pelajaran Biologi di SMA
Inti pembahasan biologi adalah makhluk hidup yang dikenal dengan istilah organisme yang menitik beratkan kajiannya pada berbagai fenomena kehidupan makhluk hidup, yakni organisme kehidupan dan interaksinya dengan faktor lingkungan. Akhir-akhir ini struktur keilmuan biologi memiliki 6 kerajaan objek; 1) plantae, 2) animalia, 3) protista, 4) fungsi (jamur), 5) archaebacteria, 6) eubacteria.
Organisme dalam melangsungkan fungsi hidupnya berjalan berdasarkan siklus yang sudah ditetapkan oleh Allah. Inilah yang disebut dengan sunnatullah. Sunnatullah ini ada sebelum manusia ada ”keputusan Allah terhadap sesuatu rencana yang telah ditentukan” ( Umar Hasyim; 1973 : 7). Organisme kehidupan dengan berbagai strukturnya merupakan sesuatu yang sangat unik yang sudah direncanakan Allah sebelumnya. Kehidupan makhluk yang sangat unik ini tidak hanya sebagai tanda kebesaran Allah, akan tetapi mendidik menusia untuk takjub pada ciptanNya. Hidupnya organisme kehidupan dari tingkat sel yang disebut makhluk hidup tingkat seluler, tingkat jaringan-jaringan, tingkat organ, dan tingkat sistem organ. Allah berfirman ”Ya Allah ya Tuhan kami, bukanlah Engkau ciptakan semua in dengan percuma. Maha suci Engkau Ya Allah. Maka lepaskanlah kami dari azab neraka” (QS. Ali Imran : 191)
Konsep dasar ketakjuban kepada Allah akan dapat membawa manusia selalu ingat kepada Allah sebagai Maha pencipta alam semesta termasuk diri manusia sendiri. Manusia adalah makhluk hidup yang berada dalam organisme kehidupan tingkat individu, karena ia tersusun oleh sistem organ-sistem organ. Misalnya organ pencernaan, antara lain; 1) rongga mulut, 2) esofagus, 3) lambung, hati, pankreas, 4) usus halus (intestinum), 5) usus besar (kolon), 6) rektum, 7) anus. Belum lagi sejumlah orga-organ lainnya dengan berbagai macam jaringan yang tersusun oleh sel-sel. Organ otak dengan berbagai jaringannya selnya yang terdiri dari ribuan syaraf, bahkan meliaran. Inilah ”ahsani takwim” sebaik-baik kajadian, sesempurna kejadian, sebagaimana firmanNya ”Sesungguhnya telah kami ciptakan manusia dalam bentuk yang paling baik” (QS. At-Tiin : 4).
Perkembangan ilmu pengetahuan atas dasar sunnatullah termasuk perkembangan biologi dengan berbagai cabangnya semakin hari semakin banyak ditemukan cabangnya dan lebih mengarah pada spesialisasinya. Dalam biologi murni misalnya ada pembagian berdasarkan ”lapisan” vertikal, dan berdasarkan karatan ”taksonomi”. Lapisan vertikal meliputi; morfologi, anatomi, histologi, fisiologi, genetika, embriologi organologi, teratologi, ekologi, evolusi, palaeontologi, ontogeni, dan lain-lain. Karatan taksonomi meliputi; mikologi, mikrobiologi, virologi, entomologi, ornitologi, botani, zoologi, bakteriologi, dan lain-lain. Penemuan-penemuan ini merupakan dari kemampuan manusia membaca objek alam semesta, sebagaiman firman Allah ”Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan” (QS. Al-’Alaq : 1).
Objek alam semesta sebagai ciptaan Tuhan melahirkan berbagai pengetahuan. Allah berfirman ”Dan Allah mengajarkan kepada nabi Adam semua nama-nama benda, kemudian diajukan-Nya kepada Malaikat. Kemudian Allah berfirman, ”.... Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda itu jika memang kamu yang benar”. Mereka menjawab, ”Maha Suci Engkau. Tidak adalah pengetahuan kami kecuali apa yang Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (Al-Baqarah : 31 – 32 ).
Biologi sebagai suatu sains memliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Penelitian tentang penyakit yang diderita manusia, bahkan makhluk lainnya dapat terdeteksi oleh pengetahuan biologi. Pengetahuan ini menghasilkan berbagai macam obat-obatan antibiotik serta anti infeksi yang dapat menyelamatkan manusia dari kematian. Allah tumbuhkan bermacam-macam tumbuhan dapat dijadikan obat oleh manusia. Allah berfirman ”Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukan untuk (kepentinganmu) apa yang ada di langit dan di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmatNya lahir dan bathin” (QS. Luqman : 20 ).
Sisi lain apabila manusia menyalahartikan manfaat biologi tidak menutup kemungkinan dapat menjadi senjata pemusnah masal bagi kehidupan manusia. Oleh karena itulah Allah mengingatkan agar manusia berada dalam kebenaran dan kesabaran, sehingga mengelola alam semesta ini sebagai amal shaleh yang dilandasi dengan nilai iman. Allah berfirman ”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan melakukan amal shaleh dan nasihat menasihati supaya menjalankan kebenaran, dan nasihat menasihati supaya sabar” (QS. Al-’Ashr : 1 - 3).
Allah Maha Kaya. Kekayaan Allah meliputi alam semesta dan kekayaan itu semua diperuntukan pada kepentingan manusia, fakta dari biologi tentang keanekaragaman hayati merupakan implikasi kasih sayang Allah yang tertuang dalam kalimat basmalah, sebagaimana firmanNya ”Dengan menyebut nama Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Fatihah : 1). Inilah asma Allah yang menyatu dalam sifatNya.
Keanekaragaman gen, jenis, dan ekosistem merupakan keanekargaman hayati yang menghasilkan organisme kehidupan yang berbeda. Jenis tanaman padi , mangga dengan berbagai macam namanya merupakan keanekaragaman gen. Keanekagaman jenis merupakan keanekaragaman hayati tingkat jenis (antarspesis) adalah tumbuhan yang merupakan satu kelompok, namun tetap berbeda. Misalnya jenis tumbuhan palam-palaman. Sedangkan keanekaragaman ekosistem merupakan kesatuan dari faktor biotik dan abiotik. Interaksi biotik dengan biotik, abiotik dengan abiotik sebagai sutu komponen agar dapat bertahan hidup.
Raelitas dari keanekaragaman ini merupakan ”Suatu rencana yang telah ditentukan oleh Allah sejak zaman ’azali dan segala sesuatu itu terjadi menurut ukuran atau jangka yang telah ditentukan” (Umar Hasyim; 1973 : 7). Allah qadhakan tumbuh-tumbuhan, hewan, manusia dengan qadarnya. Tumbuhan yang satu berbeda dengan tumbuhan yang lain. Hewan yang satu berbeda dengan hewan yang lain. Manusia yang satu berbeda dengan manusia yang lain. Itulah keanekaragaman gen, keankeragaman jenis dan keanekaragaman ekosistem.
Allah Maha mengetahui (Al-’Aliim) dengan ilmu Allah, Dia kembangkan biologi dengan cabang-cabang ilmunya seperti botani dan zoologi melahirkan yang menyeluruh tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan. Namun demikian para ahli tidak mampu mengidentifikasi dan memberi nama secara keseluruhan. Inilah bukti keterbatasan kemampuan manusia. Keterbatasan ini akan segara berkurang akibat perjalanan sunnatullah, karena Allah sudah mengajarkannya dalam bentuk amat rahasia dan rahasia itu akan terbuka berdasarkan pengetahuan dan kehendakNya. Allah berfirman ”Apakah kamu perhatikan apa yang kamu tanam ?. Kamukah yang menum-buhkannya atau Kami yang menumbuhkannya” . . . Kamukah yang menumbuhkan kayu itu atau Kamikah yang menumbuhkannya” (QS. Al-Waqi’ah : 63 – 64 ).
Istilah klasifikasi keanekaragaman hayati dalam biologi adalah dalam rangka menggambarkan betapa banyaknya hewan, tumbuh-tumbuhan dengan berbagai jenis ragamnya yang perlu dikelompokkan pada persamaan dan perbedaannya. Melihat lengkapnya ciptaan Allah termasuk jenis hewan dan tumbuh-tumbuhan adalah sebagai sesuatu yang perlu disyukuri oleh setiap manusia. Cara mensyukurinya dengan; melestarikannya dan memanfaatkannya untuk kepentingan kehidupan manusia .
Melastarikannya berarti memelihara untuk lebih baik, sebagaimana firman Allah ”Janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah) memperbaikinya. Dan mohonlah kepadaNya dengan perasaan takut dan penuh harapan (akan diterima). Sesungguhnya rahmat Allah itu lebih dekat kepada orang yang berbuat baik” (QS. Al-’Araf : 56). Memanfaatkannya harus sesuai pula dengan tuntunan syari’ah Allah. Misalnya ketika memanfaatkan hewan sebagai makanan. Makanlah hewan yang dibenarkan oleh syari’at Islam. Minumlah minuman dari tumbuh-tumbuhan sesuai syari’at Islam (termasuk halal haramnya) dan berlebihan tidaknya. Allah berfirman ”Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan tidak berjunjung, pohon korma, tanaman yang beraneka ragam rasa (buahnya), zaitun dan delima yang (hampir) serupa dan juga berbeda-beda bentuknya. Makanlah buahnya manakala sudah berbuah dan bayarkanlah haknya (dengan mengeluarkan zakat dan memberikan kepada fakir miskin) diwaktu memetik hasilnya. Dan janganlah kamu berlebihan Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan”(QS. Al-An’am : 141). Di lain ayat Allah berfirman ” ... Berbaut baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesngguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (QS. Al-Qashash : 77).
Gambaran tentang klasifikasi baik hewan, maupun tumbuh-tumbuhan tidak hanya bermanfaat sekedar untuk kepentingan gizi dan protein bagi perkembangan dan pertumbuhan tubuh manusia. Akan tetapi ia juga memiliki nilai ekonomis dan kesehatan bagi kelangsungan hidup manusia. Semakin dikaji klasifikasi keragaman hewan dan tumbuh-tumbuhan baik berdasarkan perbedaan, maupun persamaannya semakin terbukalah kesadaran bahwa Allah itu ”wujud”. Inilah salah satu makna peringatan Allah kepada manusia. Allah berfirman ”Jangan pikiran zat-Ku, tapi pikirkanlah ciptaan-Ku” . ”Dan di bumi ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. Dan (juga ada tanda-tanda kekuasaan Allah) pada dirimu sendiri. Kenapa tidak kamu perhatikan ?” (QS. Adz-Dzariyaat : 20 - 21).
Ilmu Biologi dalam konteks sains yang mengkaji tentang organisme kehidupan, dimana para ahli biologi mengkaji ciri-ciri kehidupan misalnya dapat berkembang biak tapi juga memiliki ciri benda mati yang dapat dikristalkan seperti virus. Perkembangbaikan virus baik pada hewan, maupun pada tumbuh-tumbuhan berlangsung pada bakteriofag, yaitu melalui fase adsorpsi, sentisis, dan lisis.
Ilmu biologi juga berbicara tentang bakteri dengan berbagai ciri, refreduksi bakteri, bentuk ukuran bakteri, jenis-jenis bakteri, subkingdom arkhaebakteria, dan kegunaan bakteri dalam kehidupan manusia, dan proses yang dilalui bakteri untuk masuk ke dalam tubuh manusia. Inilah salah satu sains dalam biologi sebagaimana firman Allah “Hai Jin dan Manusia jika kamu dapat menembus penjuru langit dan bumi maka tembuslah. Kamu tidak akan dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan” (QS. Ar-Rahman : 33)
Kekuatan dalam ayat tersebut adalah ilmu pengetahuan (sains). Karena Allah itu Maha Tahu, maka ilmu Allah meliputi alam semesta. Salah satu dari perwujudan ilmu diberi tahukanNya kepada manusia. Semakin banyak manusia bertafakkur (berpikir) atau melakukan pengkajian (penelitian) semakin banyak pula ia mendapatkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu Allah menyatakan dalam hadits kudsiNya ”Berpikir sesaat lebih bagus dari beribadah 80 tahun” (hdts kudsi).

C. Kesimpulan dan Saran-Saran
1. Kesimpulan
Beranjak dari uraian diatas penulis berkesimpulan bahawa :
1) Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat dilakukan melalui pengintegrasian Iman dan taqwa ke dalam semua mata pelajaran.
2) Guru merupakan faktor penentu dalam mengintegrasikan imtaq, yaitu guru yang profesional yang memenuhi dan memiliki persyaratan-persyaratan sebagai guru
3) Biologi adalah salah satu dari disiplin ilmu pengetahun dengan berbgai cabang ilmunya merupakan sunnatullah yang terjabar dalam ajaran qadha dan qadar, menyatu dalam asma dan sifatNya. Oleh karena itu ia tidak dapat dipisahkan dari sudut pandangan syari’at Islam, bahkan biologi merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari al-Qur’an.
2. Saran-Saran
Dalam rangka untuk mengembangkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui pengintegrasian imtaq pada mata pelajaran (baca mata pelajaran biologi), diharapkan agar;
1) Pihak yang berkompeten dapat meningkatkan jumlah pelatihan imtaq bagi guru mata pelajaran khusus guru mata pelajaran biologi di sekolah.
2) Pihak yang berkompeten dapat meningkatkan wawasan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, melalui pelatihan wawasan kependidikan dalam konteks mata pelajaran umum.
3) Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan guru mata pelajaran umum agar dapat saling memberikan informasi pengetahuannya, dalam rangka pengembangan Pendidikan Agama Islam di sekolah, sebagai upaya pengintegrasian imtaq bagi para siswa
4) Pihak sekolah membuat program khusus pengembangan Pendidikan Agama Islam melalui pengkajian bersama baik yang berkaitan dengan materi pelajaran, maupun aplikasi dari pendidikan agama bagi semua guru, untuk menanamkan imtaq kepada para siswa.

DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata. H, Prof.Dr.MA. Manajemen Pendidikan , Mengetasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, Ed.1.Cet.1 Jakarta Kencana, 2003

Abu Ahmadi, Drs. Nur Uhbiyati, Dra. Ilmu Pendidikan, Cet. 1. Rineka Cipta Jakarta, 1991

Ahmad Tafsir, DR. Metodek Khusus Pendidikan Agama Islam Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Bagian Proyek Peningkatan Wawasan kependidikan Guru Agama Jakarta, PT Remaja Rosdakarya Bandung 1992

Athiyah Al-Abrasyi. Mohd. Prof.DR, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Cet kedua, Bulan bintang, 1974

Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, Kumudasmoro Grafindo Semarang, 1994

Alberts, B, et al, Biologi Molekuler Sel, Edesi ke dua, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1994.

Bakry Oemar H. Tafsir Rahmat, cet ke 3 1984

Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Depag RI, Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam, Jakarta 2001

Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Depag RI, Metodelogi Pendidikan Islam, Jakarta 2001

Direktorat Pendidikan Agama Islam Pada sekolah. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Depag RI, Standar Isi Standar Kelulusan, Pendidikan Agama Islam, Tahun 2007.

Edi Suardi, Drs. Pedagogik 3 Guru dan Pembaharuan Pendidikan. Angkasa Bandung 1983

Hendy Zaidan, Drs. Sunarno, Drs. Suplemen Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Peningkatan Mutu Imtaq Siswa SLTA, Dirjen Dikdasmen, Bagian Proyek Peningkatan Wawasan Keagamaan, Diknas Jakarta 2003

Muhibbin Syah, M. Ed. Psikologi Belajar, PT Raja Grafindo Persada Jakarta 2003

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta 2003.

Kurikulum 2004 Standar Kompetensi. Mata Pelajaran Biologi Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

D.A. Pratiwi, Dra. Sri Maryati, Dra. Srikini, Dra. Suharno, Drs. Bambang S, Drs. Buku Penuntun Biologi Kalas X, Erlangga Jakarta 2004.

Zakiah Daradjat, Dr. Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Mental. Cet. Keempat.Bulan Bintang Jakarta 1982

Tidak ada komentar: